Karena kesibukannya itu, Bram sering melupakan hak Yanti sebagai seorang isteri. Hari-hari Titin penuh dengan kesepian. Apalagi buah perkawinan mereka belum juga ada. Akhirnya Yanti menggunakan waktu sepi itu untuk berbagi rasa dengan mertuanya, Fauzi. Fauzisudah sangat berumur, karena usianya sudah hampir mencapai setengah abad. Fauzi saat itu sudah hidup sendiri tanpa pendamping hidup, karena isterinya sudah meninggal beberapa tahun yang lalu. Kebetulan Fauzi tinggal serumah dengan mereka. Obrolan serta gurauan, hampir mereka lakukan setiap hari, terutama ketika Bram sedang tidak ada di rumah. Tidak jarang karena Titin dan mertuanya keasyikan mengobrol, mereka terkadang sampai lupa waktu. Mereka pernah sampai tengah malam baru berhenti mengobrol.
Titin merasa obrolan dengan mertuanya itu bermanfaat. Ia menjadi lebih terhibur dan tidak lagi begitu kesepian seperti hari-hari sebelumnya. Begitu juga dengan mertuanya. Prambudi merasa lebih senang dan enjoy. Sebelumnya ia yang pendiam kini berubah menjadi periang. Sejak itulah, Titin bersama mertuanya saling mengisi hari-hari luang mereka dengan obrolan-obrolan kecil namun menyenangkan hati mereka berdua. Setidak-tidaknya rasa jenuh yang dirasakan Titin kini terobati. Dan harus diakui oleh Titini, pengetahuan mertuanya memang begitu banyak. Cara penyampaiannya pun cukup diplomatis dan memperlihatkan wibawa seorang yang telah berumur.
Suatu hari, mertuanya bercerita tentang kecantikan isterinya sewaktu masih hidup. Bahwa isterinya dulu tergolong wanita yang banyak disukai oleh pria lain. Disamping sebagai parasnya yang cantik, lembut, juga mempunyai bentuk tubuh yang menyerupai gitar spanyol yang mengagumkan. Kalau ada lelaki yang meliriknya, pasti akan jatuh cinta pada pandangan pertama.
“Makanya, aku beruntung mendapatkan ibumu dulu.., tapi sayang.., ia begitu cepat meninggalkanku..” kata mertuanya sambil menghembuskan asap rokok dari mulutnya yang sudah banyak menghabiskan rokok itu.
Malam pun semakin larut, seiring dengan cerita mertua Titin yang sudah tidak menentu arah pembicaraannya. Sampai akhirnya mengenai hal yang sifatnya pribadi pun diceritakan dengan tanpa ada rasa canggung lagi. Singkatnya, bahwa almarhumah ibu mertuanya adalah isteri yang cantik serta dapat memuaskan dalam setiap permainan ranjang yang pernah mereka lakukan.
“Entah berapa kali setiap malam kami lakukan, yang jelas pasti tidak terlewatkan..” kata mertuanya mengenang masa lalu.
“Pernah aku dibikin kewalahan, karena aku lupa minum obat kuat .” lanjut Fauzi dengan santainya mngupas seluruh rahasia rumah tangganya.
“Kamu belum ngantuk, Titin..?” tanya mertuanya sambil merapatkan duduknya ke samping Yanti.
Saat itu mereka duduk di sofa panjang di ruang tamu. Titin pun mulai curiga dengan sikap mertuanya, apalagi tangan mertuanya mulai memegang pundaknya.
Tatapan mata Fauzi begitu tajam, seolah-olah ingin mengulangi kejadian indah bersama isterinya. Dan Yanti lebih kaget lagi, ketika mertuanya berkata, “Kamu cantik Tin.. maukah kamu, barang sejenak melayaniku..?” pinta mertuanya yang kelihatannya sudah terpengaruh dengan cerita masa lalunya itu.
“Tolong Tin, aku sudah lama kesepian, lagian suamimu khan tak ada di rumah..!” desak halus mertuanya sambil menarik tangan Titin ke kamar.
“Jangan Ayah..! Aku milik anak Ayah..!” tolak Titin sambil menepis kedua tangan FAUZI yang kini sudah hinggap di payudara 36B miliknya.
“Mau ya Tin.., sekali aja kok..!” rayu mertuanya sambil melepaskan semua pakaiannya.
“Sekarang kamu diam, ya..! Kakinya diangkat ke atas.., ya begitu.., biar Ayah yang bantu melepaskan pakaianmu..!”
Sungguh, Titin merasa bingung saat itu. Anehnya ia diam dan menuruti kemauan mertuanya begitu saja. Mertuanya dibiarkan melepaskan semua pakaiannya hingga telanjang bulat. Mungkin karena rasa kasihannya pada sang ayah mertua yang sudah lama kesepian. Apalagi sebagai seorang isteri normal, Titin jarang sekali mendapat kenikmatan dari suaminya Bram, karena kesibukannya.
Sementara itu dengan lembutnya FAUZI membaringkan tubuh titin yang tanpa sehelai benang pun yang menutupinya ke tempat tidur, lalu mulai menjilati semua lekuk tubuh Titin dari bagian pundak, belakang telinga, leher, payudara hingga bagian bawah perutnya. Payudara Titin dijilati dengan penuh semangat, sambil sekali-kali diremas-remas dengan perlahan. Titin menggelinjang diperlakukan seperti itu. Saat sampai di bagian benda kewanitaannya, FAUZI menyibakkan rambut-rambut kemaluan Titin yang amat lebat dan hitam. Lalu klitorisnya dijilati dengan berputar-putar. Dengan sengaja FAUZI memasukkan lidahnya ke dalam lubang senggama Titin sambil kelentitnya dipegang-pegang.
Titin pun tidak lama telah terhanyut oleh kenikmatan yang diberikan oleh mertuanya itu. Ia pun mengimbangi permainan asmara itu dengan perasaan yang sudah lama tidak dirasakannya. Ia meminta mertuanya untuk berbaring. Langsung diraihnya senjata andalan FAUZI . Kemaluannya sudah tegang. Lidah Titin menjilati seluruh batangan mertuanya yang kelihatan telah berurat itu dengan penuh semangat. Dihisap dan dikulum-kulumnya selayaknya seorang yang haus akan hubungan seks. Tidak ketinggalan batang kejantanan itu dikocok-kocoknya. Luar biasa kocokannya itu, buktinya Prambudi sampai terpejam-pejam merasakannya.
“Aku sudah tak tahan, Titin.. masukkan saja ya, Nak..?” ujar FAUZI di tengah-tengah kenikmatan yang menjalari segenap urat syarafnya.
Titin hanya tersenyum penuh arti akan pernyataan ayah mertuanya. Segera ia naik ke atas perut ayah mertuanya itu. Lalu dengan tangan kiri, dituntunnya batang kemaluan yang sudah amat besar dan tegang itu masuk ke belahan liang senggamanya.
“Bles.. jeb..!” Titin pun segera bergoyang maju mundur, lalu ke atas ke bawah.
Sementara itu, FAUZI berusaha bangkit untuk menjilati kedua bukit kembar menantunya itu seperti bayi yang haus akan air susu ibunya.
Segera setelah mulut FAUZI mencapai payudara indah Titin, Titin pun dengan sengaja mengarahkan payudaranya ke arah mulut sang mertua, baik buah dada yang kanan maupun yang kiri.
“Uh.. uh.. uh..” terdengar erangan kenikmatan dari mulut Titin mengiringi gerakan tubuhnya.
“Aku mau keluar, Yah..!” ujar Yanti dengan nafas memburu.
Dan benar, sesuatu dari dalam dirinya tiba-tiba seperti meledak. Ia mengalami orgasmenya.. Namun, FAUZI kelihatannya belum mau berhenti juga. Ia lalu menyuruh Titin merubah posisi permainan seks mereka. Kini Titin dengan posisi menungging. Kedua tangannya memegang ujung ranjang. Sementara dengan semangat 45, FAUZI segera mengarahkan batang kejantanannya ke belahan bibir kemaluan Titin.
Dengan sekali hentakan, “Bless..!” Batang kejantanan itu masuk seluruhnya.
FAUZI dengan posisi setengah berdiri terus “menghajar” Titin dari belakang sambil kedua tangannya berusaha meraih payudara Titin yang memang sangat merangsang FAUZI. Setelah ia raih, diremas-remasnya dengan perlahan.
“Wah.. coba dari dulu aku mencicipi tubuh mulus ini.. pasti aku tambah awet muda..” pikir FAUZI ditengah serangan gencarnya.
Beberapa menit kemudian, tiba-tiba Fauzi merasakan sesuatu akan keluar dari tubuhnya dan perasaannya melayang. Matanya yang bulat terbeliak dan kemudian melotot. Titin yang sadar mertuanya akan ejakulasi, segera melepaskan pantatnya dari serangan gencar Penis Besar keperkasaan FAUZI. Lalu ia meraih penis panjang FAUZI dan dikocok-kocoknya agar mendapatkan puncak klimaks mertuanya. Benar saja, cairan sperma dari batang keperkasaan Fauzi keluar menyemprot dengan derasnya. Melihat itu, Yanti segera menghisapnya sampai habis semua cairan lelaki itu hingga mulutnya ikut menjadi basah. Batang kemaluan itu dijilatinya sampai bersih.
“Yan.. kapan-kapan kita ulangi lagi ya.., Ayah benar-benar puas sekarang..” ujar FAUZI sambil memakai pakaiannya kembali.
Titin hanya mengangguk dan tersenyum kecil memberikan kesan puas baik fisik maupun batin.
Dalam hatinya ia berkata, “Pake Obat Pembesar Penis Apa ...! Penis Kok Montok Besar Gitu.. "
“Kamu memang benar-benar bisa memuaskan keinginanku yang selama ini sudah tidak dapat kulampiaskan lagi.. sekali lagi Ayah benar-benar merasa puas sekali..!” kata FAUZI menambahkan sambil mencium kening titin yang basah dengan peluh itu.
Malam itu mereka lalui dengan perasaan sedikit penyesalan, tetapi juga rasa puas, karena keinginan batiniah diantara mereka berdua dapat tersalurkan. Namun, sejak itu setiap kali mertuanya mengajak berhubungan intim, titin selalu melayaninya dengan senang hati dan penuh semangat. Dan hal itu tidak hanya berlangsung sekali atau dua kali saja, tetapi mereka melakukannya hampir seperti layaknya suami isteri. Maklum, suaminya belum dapat memberikan kepuasan batiniah pada titin. Kasihan titin, ya?..
Tidak ada komentar:
Posting Komentar